Hari Penyiaran Nasional (Harsiarnas) 1 April 2021 akan digelar di Solo atau Surakarta. Diharapkan menjadi, Harsiarnas kali ini menjadi tonggak penyiaran digital Indonesia.
Harsiarnas adalah hari untuk memperingati lahirnya lembaga penyiaran radio pertama milik bangsa Indonesia yang bernama Solosche Radio Vereeniging (SRV). Radio ini berdiri tanggal 1 April 1933.
Pendirian SRV atas prakarsa penguasa kadipaten Mangkunegaran, Solo, Kanjeng Gusti Adipati Aryo (KGPAA) Mangkunagoro VII.
Pemerintah Indonesia menetapkan 1 April sebagai Hari Penyiaran Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2019 tentang Hari Penyiaran Nasional pada tanggal 29 Maret 2019.
Deklarasi Harsiarnas pertama kali dilakukan pada 1 April 2009 di Solo. Deklarasi itu diprakarsasi oleh Hari Wiryawan yang waktu itu sebagai anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah.
Tahun ini Harsiarnas merupakan yang ke-88. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berharap Harsiarnas kali ini menjadi titik mula kepenyiaran digital.
"Temanya menarik penyiaran digital, sekarang sudah berjalan dan mau kita kuatkan. Mudah-mudahan bisa menjadi milestone (tonggak) penyiaran digital nasional,” ujarnya saat menerima kunjungan komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pusat yang dipimpin oleh Ketua KPI Agung Suprio, Rabu (3/3/2021).
Ganjar juga berharap dunia kepenyiaran di Indonesia semakin kuat, dan memunyai visi untuk merawat persatuan bangsa. Terlebih, di era disrupsi informasi dan diversifikasi konten digital.
Oleh karena itu, ia berharap acara ini juga dihadiri oleh para influencer, atau youtuber yang memiliki jutaan penonton. Ganjar berharap, hal itu dapat menata visi misi bangsa dan dunia kepenyiaran lebih maju.
“Sekarang Ganjar pun bisa bikin TV, masuk Youtube jadi channel menarik. Deddy Corbuzier, bahkan teman saya Akbar Faizal pun bisa. Jadi kalau dilihat dari sisi penyiaran menarik. Karena suka tidak suka, mau tidak mau, kita mesti masuk ke sana,” papar Ganjar.
Ketua KPI Agung Suprio, mengamini pernyataan Ganjar. Menurutnya, dengan peringatan Harsiarnas ke-88, diharapkan menjadi titik tolak penyiaran digital. Untuk itu ia berharap seluruh elemen bersinergi untuk mewujudkannya.
Terkait alasan pemilihan Kota Surakarta, Agung menyebut kesejarahannya tercipta pada tahun 1933. Kala itu, KGPAA Mangkunegoro VII mendirikan sebuah radio bernama Solosche Radio Vereeniging (SRV), pada 1 April.
Di zaman itu, SRV menyiarkan perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonial Belanda. Selain itu, radio tersebut juga menyiarkan tentang kebudayaan.
“Pada hari itu Joko Widodo mengusulkan hari tersebut sebagai hari penyiaran. Dan saat Pak Jokowi jadi presiden, hari itu ditetapkan menjadi hari kepenyiaran nasional. Untuk mengenang itu, maka kami adakan kegiatan itu di Solo. Insyaallah Pak Jokowi akan hadir di acara tersebut,” jelasnya.
Ditanya soal evaluasi dunia kepenyiaran, Agung menyebut perlu ada upaya untuk menjadikan budaya bangsa merajai tayangan. Selain itu, ia berharap agar media penyiaran, terus menyuarakan protokol kesehatan di masa Pandemi Covid-19.
“Televisi bisa menjadi agen sosialisasi yang efektif agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan,” pungkas Agung. (Diskominfo Jateng)
Post a Comment