Sejarah Tari Sunda Jaipongan -- Tari Jaipongan adalah tari tradisional masyarakat Sunda, Jawa Barat, yang diciptakan seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira.
Gugum menciptakan jenis tari ini sekitar tahun 1960-an dengan tujuan untuk menciptakan suatu jenis musik dan tarian pergaulan yang digali dari kekayaan seni tradisi rakyat nusantara, khususnya Jawa Barat.
Jaipongan yang mulai dikenal luas sejak 1970-an ini dikembangkan berdasarkan kesenian rakyat yang sudah berkembang sebelumnya, seperti Ketuk Tilu, Kliningan, dan Ronggeng.
Tari Ketuk Tilu populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong.
Pola tarian Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran, mirip dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub).
Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun, dan beberapa ragam gerak Ketuk Tilu, Kliningan, dan Ronggeng menjadi dasar penciptaan Tari Jaipongan. Gerak-gerak dasar tari Jaipongan juga berasal dari Bajidor, Topeng, Tayuban, dan Pencak Silat.
VIDEO TARI JAIPONGAN
Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong".
Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan (alami, apa adanya).
Nama-nama penari Jaipongan yang populer antara lain Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kirniadi.
Perkembangan selanjutnya dari Jaipongan terjadi tahun 1980-1990-an. Gugum Gumbira menciptakan tari lainnya, seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul Man gut, Iring-firing Daun Puring, Rawayan dan Tari Kawung Anten.
Beberapa penarinya yang populer antara lain Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepi, Agah, Aa Suryabrata dan Asep Safaat.
Seni tari Jaipongan masih tetap eksis di berbagai acara pentas nasional ataupun internasional.
Referensi: Berbagai sumber, terutama buku Ganjar Kurnia. 2003. Deskripsi kesenian Jawa Barat. Dinas Kebudayaan & Pariwisata Jawa Barat, Bandung.
Gugum menciptakan jenis tari ini sekitar tahun 1960-an dengan tujuan untuk menciptakan suatu jenis musik dan tarian pergaulan yang digali dari kekayaan seni tradisi rakyat nusantara, khususnya Jawa Barat.
Jaipongan yang mulai dikenal luas sejak 1970-an ini dikembangkan berdasarkan kesenian rakyat yang sudah berkembang sebelumnya, seperti Ketuk Tilu, Kliningan, dan Ronggeng.
Tari Ketuk Tilu populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong.
Pola tarian Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran, mirip dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub).
Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun, dan beberapa ragam gerak Ketuk Tilu, Kliningan, dan Ronggeng menjadi dasar penciptaan Tari Jaipongan. Gerak-gerak dasar tari Jaipongan juga berasal dari Bajidor, Topeng, Tayuban, dan Pencak Silat.
VIDEO TARI JAIPONGAN
Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong".
Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan (alami, apa adanya).
Nama-nama penari Jaipongan yang populer antara lain Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kirniadi.
Perkembangan selanjutnya dari Jaipongan terjadi tahun 1980-1990-an. Gugum Gumbira menciptakan tari lainnya, seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul Man gut, Iring-firing Daun Puring, Rawayan dan Tari Kawung Anten.
Beberapa penarinya yang populer antara lain Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepi, Agah, Aa Suryabrata dan Asep Safaat.
Seni tari Jaipongan masih tetap eksis di berbagai acara pentas nasional ataupun internasional.
Referensi: Berbagai sumber, terutama buku Ganjar Kurnia. 2003. Deskripsi kesenian Jawa Barat. Dinas Kebudayaan & Pariwisata Jawa Barat, Bandung.
menurut saya artikelnya bagus gan. terima kasih
ReplyDeleteartkelnya bagus gan. terima kasih
ReplyDeletelumayan buat ngerjain pr
ReplyDeletePost a Comment